Cinta Yang Membutakan

Cenderung terhadap sesuatu, mengaguminya, lalu rela berkorban untuk
mendapatkannya dan akhirnya takut kehilangan sesuatu itu adalah naluri
yang telah Allah karuniakan pada manusia (QS Ali Imran [3]: 14).

Dalam ajaran Islam, mencintai sesuatu; entah harta, wanita atau benda
yang lain tidaklah dilarang, selama kecintaannya terhadap benda
tersebut tidak melebihi cintanya pada Allah dan Rasul-Nya. Idealnya,
kecintaan terbesar seorang Muslim adalah cinta pada Allah. "...adapun
orang-orang beriman amat sangat besarlah cintanya kepada Allah,"
demikian firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 165. Kecintaan ini
dipalikasikan dalam bentuk ketundukkan dan ketaatan terhadap segala
aturan-Nya.

Intinya, kadar kecintaan seorang Muslim pada sesuatu tidak boleh
melebihi kadar cintanya pada Allah. Imam Ibnul Qayyim berkata,
"Barangsiapa yang menyerupakan cintanya kepada Allah dengan cinta
manusia kepada manusia, seperti jalinan hubungan, kemesraan,
keretakan, kerenggangan, atau sifat-sifat lain yang tidak layak bagi
Allah, maka ia adalah orang yang salah dan keji. Dia layak dijauhi dan
dibenci". Na'udzubillah.

Cinta pada selain Allah bisa membuat manusia buta dan tuli. Buta
berarti kecintaan akan membuat manusia tidak dapat melihat manfaat dan
madlaratnya. Saat seseorang terlalu mencintai sesuatu, akan
menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya dan tatkala ia telah
memilikinya ia tidak mau melepaskannya. Ia telah buta terhadap ajaran
Allah. Tuli berarti ia tidak mau mendengarkan nasihat dan kebenaran.
Cintanya kepada sesuatu membuat ia tidak mau dinasihati.

Ada dua motivasi orang ketika mencintai sesuatu. Pertama, ia mendasari
cintanya dengan ajaran Allah dan motivasinya adalah iman. Cinta
seperti ini masyru' (disyariatkan). Cinta ini akan melahirkan sikap
yang berimbang. Saat mencintai harta misalnya, ia tidak menghalalkan
segala cara untuk mendapatkannya, ia pun tidak kikir, dan rela
menginfaqkan hartanya di jalan Allah. Ia juga mencintai istri dan
anak-anaknya, tetapi ia tidak melupakan dzikir kepada Allah.
Begitulah, cinta yang didasari oleh iman akan membawa kemanfaatan bagi
dirinya di dunia dan keselamatan di akhirat.

Kedua, cinta yang motivasinya adalah hawa nafsu. Cinta ini ghair
mayru' (tidak disyariatkan). Cinta jenis ini akan melahirkan sikap
tamak, tidak pernah puas, bakhil dan menjauhi petunjuk Allah. Untuk
mendapatkan apa yang dicintainya ia akan berbuat apapun, ia menjadi
buta terhadap aturan Allah dan tuli terhadap nasihat. Orang seperti
ini hanya akan mendapatkan kenikmatan sesaat dan siksaan yang kekal.
Wallahu a'lam bish shawab.
sumber : belum diketahui

0 komentar:

Posting Komentar